Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Jumat, 20 September 2019

ISIM MARFU’

Pengertian isim marfu' dan contohnya


ISIM MARFU’
Marfu’ adalah salah satu kedudukan di antara empat kedudukan Nahwu, yaitu: (marfu’/rafa’) (manshub/nashab) (majrur/khafadh) (majzum/jazm). Tanda marfu’ untuk isim adalah: dhammah (ُ) dan Wau (...ـوْ/...ـوْنَ). Isim yang memiliki kedudukan marfu terdiri dari tujuh macam, yaitu fa’il, maf’ul yang dibuang fa’ilnya, mubtada’, khabar, isim kana dan saudaranya, khabar inna, serta isim yang mengikuti marfu’ (na’t, ‘ataf, taukid, dan badal).
Fa’il adalah isim yang berkedudukan marfu’ karena menjadi subjek (pelaku). Fail biasanya terletak setelah fi’il (kata kerja). Jadi, fa’il hanya ada pada kalimat yang berupa jumlah fi’liyah, yaitu kalimat yang dimulai dengan kata kerja

Fail dibagi menjadi dua:
      1.      Fail isim zahir (فاعل اسم ظاهر), yaitu subjek yang berupa sesuatu atau nama.
      2.      Fail isim dhamir (فاعل اسم ضامر) , yaitu subjek yang berupa kata ganti.

Maf’ul (objek) yang tidak disebutkan fa’ilnya (subjek/pelakunya) memiliki kedudukan marfu’ karena dia menduduki tempat fa’il. Dalam bahasa indonesia, kalimat seperti ini disebut kalimat pasif. Maf’ul yang menduduki tempat fail disebut NAIBUL FA’IL.

A.    Isim yang mengalami I’rab Rafa’ dinamakan Isim Marfu’ yang terdiri dari:
1.      Mubtada’ (Subjek) dan Khabar (Predikat) pada Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal). Perhatikan contoh-contoh Jumlah Ismiyyah di bawah ini:
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ
= rumah itu besar
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ جَمِيْلٌ
= rumah itu besar (lagi) indah
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ جَمِيْلٌ
= rumah besar itu indah
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ جَمِيْلٌ غَالٌ
= rumah besar itu indah (lagi) mahal
Dalam contoh di atas terlihat bahwa semua Isim yang terdapat dalam Jumlah Ismiyah ialah Marfu’ (mengalami I’rab Rafa’), tandanya adalah Dhammah.

2.      Fa’il (Subjek Pelaku) atau Naib al-Fa’il (Pengganti Subjek Pelaku) pada Jumlah Fi’liyyah (Kalimat Verbal). Contoh:
جَاءَ مُحَمَّدٌ
= Muhammad dating
يَغْلِبُ عُمَرُ
= Umar menang
يُغْلَبُ الْكَافِرُ
= orang kafir itu dikalahkan
لُعِنَ الشَّيْطَانُ
= syaitan itu dilaknat
مُحَمَّدٌ   (=Muhammad) –> Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammahعُمَرُ      (=Umar) –> Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammahالْكَافِرُ   (=orang kafir) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.الشَّيْطَانُ (=syaitan) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.

B.     Suatu isim menjadi marfu’ dalam 6 keadaan:
1.      Mubtada’ (المبتدأ)
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat. Mubtada’ adalah isim yang memiliki kedudukan marfu’ karena tidak terpengaruh oleh amil apapun. Hal itu terjadi karena mubtada’ berada di awal kalimat.
Misal : 
الكتابُ جديدٌ (Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru
Kata الكتاب (= buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.

2.      Khobar Mubtada’ (الخبر)
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’. Khabar adalah penjelas dari mubtada’. Karena disandarkan pada mubtada’, maka khabar juga sama seperti mubtada’, kedudukannya marfu’. Khabar yang marfu’ adalah khabar mufrad.
Pada kalimat 
الكتابُ جديدٌ , kata جديدٌ (= baru) merupakan khobar, karena menyempurnakan makna mubtada’

3.      Isim kaana اسم كان) dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya. Pola kalimat dengan diawali kana adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa Arab yang menyebabkan ketentuan-ketentuan khusus pula. Kalimat setelah kana memiliki isim dan khabar. Isim pada kalimat inilah yang berkedudukan marfu. Misal:
كان الكتابُ جديدًا (Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata الكتابُ (= buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.
Kana dan saudara-saudaranya:
1.     كان                  (menjadi/yang terjadi)
2.     ليس                 (bukan/tidak)
3.     صار            (menjadi)
4.     بات                 (semalam)
5.     اصبح              (di waktu pagi)
6.     اضحى             (di waktu dhuha)
7.      امسى              (di waktu sore)
8.     ظلّى                 (senantiasa/masuk waktu siang
9.     ما زال           (senantiasa/masih)
10. ما برح               (senantiasa/masih)
11. ما فتئ             (senantiasa)
12. ما انفك               (senantiasa)
13. ما دام                  (selama/selamanya)

4.      Khobar Inna (خبر إنّ) dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya. Pola kalimat dengan diawali inna adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa Arab yang menyebabkan ketentuan-ketentuan khusus pula.
Kalimat setelah inna memiliki isim dan khabar. Khabar pada kalimat inilah yang berkedudukan marfu.
Misal : إنَّ الكتابَ جديدٌ (inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Kata جديدٌ (= baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar inna”

Inna dan saudara-saudaranya:
1.     إنّ/أنّ                 (sesungguhnya)
2.     لكنّ/ولكنّ          (tetapi)
3.     كأنّ                    (seakan-akan)
4.     ليت                    (tidaklah)
5.     لعلّ                (bisa jadi, mungkin saja, semoga saja)

5.      Fa’il (الفاعل)
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : 
قـَرأ الطالبُ رسالةً (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata الطالبُ (= siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek.

6.      Naibul Fa’il (نائب الفاعل)
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut.
Misal : 
قـُرِأتْ الرسالةُ (Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.
Kata الرسالةُ (= surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu dibaca).

C.    Isim-isim yang mengikuti sebuah kata yang marfu’, maka menjadi marfu’ pula. Ada empat macam tabi’: Na’t, ‘ataf, taukid dan badal.

·         Na’t adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menjadi sifat.
جَاءَ زَيْدٌ اَلْكَرِيْمُ
اَلْمُسْلِمُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ يُطِيْعُوْنَ الله
·         Ataf adalah isim yang mengikuti sebuah kata dengan diselingi oleh huruf ‘ataf.
جَاءَ زَيْدٌ ثُمَّ كَرِيْمٌ
ذَهَبَ الْمُدَرِّسُوْنَ وَالطُّلاَّبُ إِلَى الْمُخَاضَرَةِ
·         Taukid adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menguatkan kata tersebut.
جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ
يَتَطَهَرُ الْمُسْلِمُوْنَ أَنْفُسُهُمْ فِى رَمَضَانَ
·         Badal adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan isim itu memberi status tambahan.
جَاءَ زَيْدٌ أَخُوْكَ
يَشْرَحُ الْمُدَرِّسُ رَاشِدِى اللُّغَةَ الْعَرَبِيَّةَ

Tidak ada komentar:

KELAS 4 HAL 48 - 51

 KAIDAH KATA TUNJUK DEKAT SILAHKAN KLIK ......