ISIM MANSHUB
Tanda-tanda nashab pada isim yaitu fathah; alif; yaa; kasrah.
1. Fathah merupakan tanda nashab pada isim mufrad dan jamak taktsir.
Contoh: كتب الطالب الدرس. (lafazh الدرس manshub dengan fathah karena ia isim mufrad)
حفظ الطالب الدروس. (lafazh الدروس manshub dengan fathah karena ia jamak taktsir)
2. Alif dengan idhafat merupakan tanda nashab pada asmâul khamsah (isim yang lima) yaitu أباك, أخاك, حماك, فاك, ذامال. (ayahmu, saudaramu, ayah mertua, anumu, yang mempunyai harta)
Contoh: أكرم الطالب أباه (lafazh أباه termasuk isim lima dan manshub dengan alif)
3. Yaa merupakan tanda nashab pada mutsanna dan jamak mudzakar salim.
Contoh: احترم الطلاب المدرسين (lafazh المدرسين manshub dengan yaa karena jamak mudzakar salim.
4. Kasrah merupakan tanda nashab pada jamak muannats salim.
Contoh: احترم الطلاب المدرسات (lafazh المدرسات manshub dengan kasrah karena ia termasuk jamak muannats salim.
Tempat-tempat isim manshub:
Isim mansub terdapat disebelas tempat, diantaranya: khabar kâna, isim inna, maf`ul bih, maf`ul mutlaq, maf`ul liajlih, maf`ul ma`ah, almustasna, maf`ul fiih (dzarfu dzaman wal makan), hâl, tamyiiz, munâda, demikian juga terkadang isim itu mansub ketika isim itu merupakan tâbi` (yang mengikuti) isim mansub.
Pertama Khabar Kaana
1. Khabar kana adalah setiap khabar mubtada yang dimasuki kana atau salah satu temannya.
Contoh: كان الله سميعا (Allah Maha Mendengar)
سميعا : khabar kana mansub dengan fatah, karena merupakan isim mufrad.
Contoh: أصبح العلم منتشرا (ilmu itu jadi menyebar/ meluas)
منتشرا : khabar asbaha, mansub dengan fathah, karena ia isim mufrad
Contoh: لايزال الهواء باردا (udara masih dingin)
باردا : khabar لايزال manshub dengan fathah karena isim mufrad.
2. Terkadang khabar kâna berupa;
a. Isim mu’rab zhahir, sebagaimana pada contoh-contoh yang telah lalu/ tadi.
b. Syibhi jumlah (yang menyerupai jumlah seperti zharaf dan jâr majrûr)
Contoh: أصبح الطل فوق الأزهار (pada waktu subuh air embun di atas bunga)
فوق الأزهار : zharaf (makan/ tempat) sebagai mudhaf dan mudhaf ilaih (syibhi jumlah) dan juga khabar kâna.
Contoh: أمسى المدرسون فى البيت (guru-guru pada waktu sore ada di rumah)
فى البيت : jar majrur (syibhi jumlah), khabar أمسى .
c. Jumlah (jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah)
Contoh: كان الشتاء برده شديد (musim dingin itu terasa sangat dingin)
برده شديد : jumlah ismiyyah (mubtada dan khabar) khabar kâna, pada kedudukan nashab.
Contoh: ماانفك الحزين يبكى (orang yang sedih itu masih menangis)
يبكى : jumlah fi’liyyah (fi’il dan fa’il) khabar ماانفك pada kedudukan nashab.
3. Boleh mendahulukan khabar kana jika berupa syibhi jumlah serta isim merupakan isim makrifat.
Contoh: أصبح فى حيرة الكسلان (jadilah pemalas itu dalam keadaan bingung)
فى الحيرة : jar majrur, khabar أصبح yang didahulukan sedangkan الكسلان ialah isim أصبح yang diakhirkan (karena lafazh الكسلان isim makrifat)
# Dan bisa Wajib (harus) didahulukan khabar kaana jika syibhi jumlah yang isimnya nakirah.
Contoh: ماء كان فى الكوب (air itu dalam gelas)
فى الكوب : jar majrur, khabar kaana yang didahulukan, lafazh ماء isim kaana yang diakhirkan (karena lafazh ماء nakirah).
Catatan:
Jika huruf nafyi/ menyangkal (ان, ما, لا, لات) memasuki mubtada dan khabar, maka huruf-huruf tadi beramal seperti laisa (teman kaana) yakni merafa’kan mubtada dan menashabkan khabar dengan ketentuan:
a. Isim maa didahulukan dari khabarnya dan makna nafyi (menyangkal) tidak hilang dengan dimasuki illa.
Contoh: ما الحق زاهقا (hak itu tidak hancur)
ما : huruf nafyi beramal laisa, الحق isim maa marfu’ dengan dhammah, زاهقا khabar maa manshub dengan fathah.
b. Di dalam amal “laa” dalam hubungannya dengan yang telah lalu (termasuk mempunyai amal seperti laisa) khabarnya harus nakirah (bukan makrifat).
Contoh: لا شارع مزدحما jalan itu tidak macet/ penuh
لا : huruf nafyi beramal laisa, شارعisim maa marfu’ dengan dhammah, مزدحما khabar maa manshub dengan fathah. (isim laa dan khabarnya nakirah)
لات pada dasarnya adalah laa nafyi yang dibubuhi ta`tanits yang difathahkan. Laata dalam bahasa Arab sering terjadi isimnya dibuang dan khabarnya diadakan (dalam tulisan).
Contoh: لات الساعة ندم (tidak ada waktu penyesalan)
Asalnya: لات الساعة ساعة ندم .
Kedua Isim Inna
1. Isim inna adalah setiap mubtada yang dimasuki inna atau salah satu temannya.
Contoh: ان الله عليم sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
الله : isim inna manshub dengan fathah karena isim mufrad.
Contoh: كأن الممرضين طبيبان dua orang perawat seperti dua orang dokter
الممرضين : isim كأن manshub dengan yaa karena mutsanna.
Contoh: ليت المدرسين محققون أهداف التربية mudah-mudahan guru-guru itu bisa merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan
المدرسين : isim laita manshub dengan yaa, karena jamak mudzakar salim, محققون khabar laita marfu’ dengan wawu karena jamak mudzakar salim.
2. Dengan mengingat inna, isim inna pada asalnya adalah mubtada lalu dimasukan kepadanya huruf inna, atau salah satu temannya. Oleh karena isim inna terkadang berupa:
a. Isim mu’rab sebagaimana pada contoh-contoh yang lalu.
b. Isim mabni (dhamir, isim isyarah, isim maushul).
Contoh: إنك كريم sesungguhnya Engkau Maha Mulia
ك : isim dhomir mabni dengan fathah pada kedudukan nashab isim inna.
Contoh:
•bÎ) úïÏ%©!$# (#rãxÿx. íä!#uqy óOÎgøn=tæ öNßgs?öxRr&uä ÷Pr& öNs9 öNèdöÉZè? w tbqãZÏB÷sã
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
الذين : isim maushul (kata sambung) mabni dengan fathah pada kedudukan nashab isim inna.
Contoh : إن هذا الكتاب مفيد لنا sesungguhnya kitab ini bermanfaat bagi kami
هذا: isim isyarah (kata tunjuk) mabni dengan sukun pada kedudukan nashab isim inna.
3. Isim laa yang menafyikan jenis
Laa yang menafyikan jenis termasuk teman inna. Yang dimaksud menafyikan jenis adalah menafyikan/ menyangkal khabar laa dari seluruh bagian jenis isim. Berbeda dengan haraf laa biasanya menafyikan satu/ sebuah atau lebih, bukan menafyikan jenis.
Laa yang menafyikan jenis bisa berawal seperti inna jika terpenuhi tiga syarat yaitu isim laa harus makrifat, isim laa harus bersambung secara langsung dengan laa (tidak terpisah oleh pemisah apapun), laa tidak disertai oleh haraf jar.
a. Isim laa manshub jika berupa mudhaf atau menyerupai mudhaf.
Contoh: لا فاعل الخير مكروه tidaklah orang yang mengerjakan kebaikan dibenci.
فاعل الخير : isim laa manshub dengan fathah karena isim mufrad berupa mudhaf.
Contoh: لا عاملا شرا محمود tidaklah orang yang mengerjakan kejelekan terpuji
عاملا : isim laa manshub dengan fathah, karena ia isim mufrad berupa kalimat yang menyerupai mudhaf
Syabihun bil mudhaf ialah isim nakirah yang disambung dengan kata untuk melengkapi maknanya.
b. Apabila isim laa bukan dari mudhaf atau syabihun bil mudhaf harus dimabnikan atas tanda nashab kalimat yang menjadi isim laa itu (isim mufrad mabni fatah, mutsannna mabni yaa, jamak mudzakar salim atas yaa, jamak taksir mabni fatah dan jamak muannats salim mabni kasrah)
Contoh: لا رجل فى الدار tidak ada laki-laki di rumah
رجل : isim laa mabni fathah, karena mudhaf atau syabihun bil mudhaf, berupa isim mufrad.
Contoh: لا رجلين عندنا tidak ada dua orang laki-laki di samping kita.
رجلين : isim laa mabni yaa, karena mutsanna, dan bukan mudhaf atau syabihun bil mudhaf.
Contoh: لا مذمومين فى الفصل tidak ada orang-orang yang tercela di kelas
مذمومين : isim laa mabni yaa karena jamak mudzakar salim, bukan mudhaf ataupun syabihun bil mudhaf.
Contoh: لا ضيوف فى البيت tidak ada tamu-tamu di rumah
ضيوف : isim laa mabni fathah karena jamak taktsir, bukan mudhaf atau syabihun bil mudhaf.
Contoh: لا مذمومات محبوبات tidak ada wanita-wanita tercela itu disukai
مذمومات : isim laa mabni kasrah, karena ia jamak muannats salim, dan bukan mudhaf atau syabihun bil mudhaf.
1. Isim inna adalah setiap mubtada yang dimasuki inna atau salah satu temannya.
Contoh: ان الله عليم sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
الله : isim inna manshub dengan fathah karena isim mufrad.
Contoh: كأن الممرضين طبيبان dua orang perawat seperti dua orang dokter
الممرضين : isim كأن manshub dengan yaa karena mutsanna.
Contoh: ليت المدرسين محققون أهداف التربية mudah-mudahan guru-guru itu bisa merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan
المدرسين : isim laita manshub dengan yaa, karena jamak mudzakar salim, محققون khabar laita marfu’ dengan wawu karena jamak mudzakar salim.
2. Dengan mengingat inna, isim inna pada asalnya adalah mubtada lalu dimasukan kepadanya huruf inna, atau salah satu temannya. Oleh karena isim inna terkadang berupa:
a. Isim mu’rab sebagaimana pada contoh-contoh yang lalu.
b. Isim mabni (dhamir, isim isyarah, isim maushul).
Contoh: إنك كريم sesungguhnya Engkau Maha Mulia
ك : isim dhomir mabni dengan fathah pada kedudukan nashab isim inna.
Contoh:
•bÎ) úïÏ%©!$# (#rãxÿx. íä!#uqy óOÎgøn=tæ öNßgs?öxRr&uä ÷Pr& öNs9 öNèdöÉZè? w tbqãZÏB÷sã
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
الذين : isim maushul (kata sambung) mabni dengan fathah pada kedudukan nashab isim inna.
Contoh : إن هذا الكتاب مفيد لنا sesungguhnya kitab ini bermanfaat bagi kami
هذا: isim isyarah (kata tunjuk) mabni dengan sukun pada kedudukan nashab isim inna.
3. Isim laa yang menafyikan jenis
Laa yang menafyikan jenis termasuk teman inna. Yang dimaksud menafyikan jenis adalah menafyikan/ menyangkal khabar laa dari seluruh bagian jenis isim. Berbeda dengan haraf laa biasanya menafyikan satu/ sebuah atau lebih, bukan menafyikan jenis.
Laa yang menafyikan jenis bisa berawal seperti inna jika terpenuhi tiga syarat yaitu isim laa harus makrifat, isim laa harus bersambung secara langsung dengan laa (tidak terpisah oleh pemisah apapun), laa tidak disertai oleh haraf jar.
a. Isim laa manshub jika berupa mudhaf atau menyerupai mudhaf.
Contoh: لا فاعل الخير مكروه tidaklah orang yang mengerjakan kebaikan dibenci.
فاعل الخير : isim laa manshub dengan fathah karena isim mufrad berupa mudhaf.
Contoh: لا عاملا شرا محمود tidaklah orang yang mengerjakan kejelekan terpuji
عاملا : isim laa manshub dengan fathah, karena ia isim mufrad berupa kalimat yang menyerupai mudhaf
Syabihun bil mudhaf ialah isim nakirah yang disambung dengan kata untuk melengkapi maknanya.
b. Apabila isim laa bukan dari mudhaf atau syabihun bil mudhaf harus dimabnikan atas tanda nashab kalimat yang menjadi isim laa itu (isim mufrad mabni fatah, mutsannna mabni yaa, jamak mudzakar salim atas yaa, jamak taksir mabni fatah dan jamak muannats salim mabni kasrah)
Contoh: لا رجل فى الدار tidak ada laki-laki di rumah
رجل : isim laa mabni fathah, karena mudhaf atau syabihun bil mudhaf, berupa isim mufrad.
Contoh: لا رجلين عندنا tidak ada dua orang laki-laki di samping kita.
رجلين : isim laa mabni yaa, karena mutsanna, dan bukan mudhaf atau syabihun bil mudhaf.
Contoh: لا مذمومين فى الفصل tidak ada orang-orang yang tercela di kelas
مذمومين : isim laa mabni yaa karena jamak mudzakar salim, bukan mudhaf ataupun syabihun bil mudhaf.
Contoh: لا ضيوف فى البيت tidak ada tamu-tamu di rumah
ضيوف : isim laa mabni fathah karena jamak taktsir, bukan mudhaf atau syabihun bil mudhaf.
Contoh: لا مذمومات محبوبات tidak ada wanita-wanita tercela itu disukai
مذمومات : isim laa mabni kasrah, karena ia jamak muannats salim, dan bukan mudhaf atau syabihun bil mudhaf.
Catatan:
a. Apabila isim laa itu makrifat, maka amal itu hilang dan laa mesti diulang (dibaca dua kali atau lebih).
Contoh: لا القوم قومى ولا الاعوان اعوانى kaum itu bukan kaumku dan penolong itu bukan penolongku.
لا: harf nafyi, القوم : mubtada marfu’ dengan dhammah, قومى : khabar mubtada marfu’ dengan dhammah muqaddarah, terhalang karena adanya kasrah yang menyesuaikan (kasrah dengan yaa).
b. Jika laa dimasuki huruf jar, maka kalimat yang sesudahnya mesti dijarkan dan laa nya tambahan hanya untuk menafyikan (menyangkal) saja.
Contoh: يتقدم الجندي بلا خوف tentara itu bergerak maju tanpa takut
بلا : baa huruf jar dan laa huruf nafyi tambahan, خوف : dijarkan dengan kasrah.
c. Jika antara laa dan isimnya terpisah oleh pemisah apapun, maka amal laa dihilangkan (tidak beramal).
Contoh: لافيها غول tidak mabuk di dalamnya
لا: huruf nafyi, فيها : jar majrur khabar muqaddam, غول : mubtada yang diakhirkan.
d. Boleh membuang khabar laa yang menafyikan jenis apabila telah diketahui dari susunan kalam.
Contoh: العلم لا شك أساس النهضةilmu itu tidak diragukan lagi adalah asas dasar.
العلم : mubtada dirafa’kan dengan dhammah, لا : huruf nafyi, شك : isim laa mabni fathah, dan khabar laa dihilangkan, asalnya فى ذلك, أساس :khabar mubtada dirafa’kan dengan dhammah sekaligus mudhaf, النهضة : mudhaf ilaih majrur dengan kasrah.
4. Shigat laa siyyama dihubungkan dengan kaidah laa yang menafyikan jenis. Isim setelah lafazh “laa siyama” bisa rafa’, nashab, dan majrur jikalau nakirah. Contohnya sebagai berikut
أحب الفاكهة لا سيما البرتقال saya suka buah-buahan terutama jeruk
لا : nafiyah lil jinsi, سي : isim laa mansub dengan fathah karena isim mufrad sekaligus mudhaf, dan khabar laa wajib dihilangkan tetapi pada asalnya ada.
Terdapat 3 keadaan bagi lafazh tersebut:
a. Ma itu zaidah, dalam hal ini isim yang ada setelah lasiyama dijarrkan, dibaca al-burqali, dianggap sebagai mudhaf ilaih.
b. Atau ma itu isim maushul yang menjadi mudhaf ilaih, dalam hal ini isim yang ada setelah lasiyama dirafa’kan dibaca la-burtuqalu dianggap sebagai khabar dari mubtada yang dibuang yaitu huwa (tidak jelas dalam tulisan)
c. Atau maa itu adalah isim yang dijadikan mudhaf ilaih, dalam hal ini isim yang ada setelah lasyiama dinashabkan sebagai tamyiz. Dibaca al-butuqalan dengan syarat bahwa isim tersebut adalah nakirah.
a. Apabila isim laa itu makrifat, maka amal itu hilang dan laa mesti diulang (dibaca dua kali atau lebih).
Contoh: لا القوم قومى ولا الاعوان اعوانى kaum itu bukan kaumku dan penolong itu bukan penolongku.
لا: harf nafyi, القوم : mubtada marfu’ dengan dhammah, قومى : khabar mubtada marfu’ dengan dhammah muqaddarah, terhalang karena adanya kasrah yang menyesuaikan (kasrah dengan yaa).
b. Jika laa dimasuki huruf jar, maka kalimat yang sesudahnya mesti dijarkan dan laa nya tambahan hanya untuk menafyikan (menyangkal) saja.
Contoh: يتقدم الجندي بلا خوف tentara itu bergerak maju tanpa takut
بلا : baa huruf jar dan laa huruf nafyi tambahan, خوف : dijarkan dengan kasrah.
c. Jika antara laa dan isimnya terpisah oleh pemisah apapun, maka amal laa dihilangkan (tidak beramal).
Contoh: لافيها غول tidak mabuk di dalamnya
لا: huruf nafyi, فيها : jar majrur khabar muqaddam, غول : mubtada yang diakhirkan.
d. Boleh membuang khabar laa yang menafyikan jenis apabila telah diketahui dari susunan kalam.
Contoh: العلم لا شك أساس النهضةilmu itu tidak diragukan lagi adalah asas dasar.
العلم : mubtada dirafa’kan dengan dhammah, لا : huruf nafyi, شك : isim laa mabni fathah, dan khabar laa dihilangkan, asalnya فى ذلك, أساس :khabar mubtada dirafa’kan dengan dhammah sekaligus mudhaf, النهضة : mudhaf ilaih majrur dengan kasrah.
4. Shigat laa siyyama dihubungkan dengan kaidah laa yang menafyikan jenis. Isim setelah lafazh “laa siyama” bisa rafa’, nashab, dan majrur jikalau nakirah. Contohnya sebagai berikut
أحب الفاكهة لا سيما البرتقال saya suka buah-buahan terutama jeruk
لا : nafiyah lil jinsi, سي : isim laa mansub dengan fathah karena isim mufrad sekaligus mudhaf, dan khabar laa wajib dihilangkan tetapi pada asalnya ada.
Terdapat 3 keadaan bagi lafazh tersebut:
a. Ma itu zaidah, dalam hal ini isim yang ada setelah lasiyama dijarrkan, dibaca al-burqali, dianggap sebagai mudhaf ilaih.
b. Atau ma itu isim maushul yang menjadi mudhaf ilaih, dalam hal ini isim yang ada setelah lasiyama dirafa’kan dibaca la-burtuqalu dianggap sebagai khabar dari mubtada yang dibuang yaitu huwa (tidak jelas dalam tulisan)
c. Atau maa itu adalah isim yang dijadikan mudhaf ilaih, dalam hal ini isim yang ada setelah lasyiama dinashabkan sebagai tamyiz. Dibaca al-butuqalan dengan syarat bahwa isim tersebut adalah nakirah.
Ketiga Maf’ul Bih
1. Maf’ul bih adalah isim yang dinashabkan yang menunjukkan orang/ benda yang terkenai pekerjaan pelaku dengan tanpa perubahan bentuk fi’ilnya (dalam bentuk mabni ma’lum).
Contoh: يطلب العاقل العلم orang berakal sedang menuntut ilmu.
العلم : maf’ul bih dinashabkan dengan tanda fathah karena isim mufrad.
2. Terkadang maf’ul bih itu berbilang jika fi’ilnya itu termasuk fi’il-fi’il yang menashabkan lebih dari satu maf’ul. Berikut fiil-fiilnya:
a. Fi’il-fi’il yang menashabkan dua maf’ul bih yang asal keduanya dari mubtada dari khabar.
Fi’il yang bermakna mengira meliputi zhanna, khaala, hasiba, za’ama, ja’ala, Hab.
Fi’il-fi’il yang bermakna yakin meliputi ra`a, ‘alima, wajada, alfa`, ta’allam (bermakna yakinilah).
Fi’il-fi’il yang berarti menjadikan meliputi shayyara, hawwala, ja’ala, radda, itkhadza, takhidza.
Contohnya: ظننت الرجل نائما saya kira anak itu tidur
الرجل : maf’ul bih awal (asalanya mubtada sebelumnya kemasukan zhanna) dinashabkan dengan fathah, naaiman : maf’ul bih kedua (asalnya khabar mubtada sebelum kemasukan zhanna) manshub dengan fathah.
Contoh: خلت محمدا اخاك saya kira Muhammad adalah saudaramu
Muhammadan : maf’ul bih awal manshub dengan fathah, akhaaka : maf’ul bih kedua dinasabkan dengan alif karena termasuk asmaaul khamsah.
Contoh: تعلم الحياة جهادا yakinilah hidup itu adalah perjuangan
Alhayaata : maf’ul bih awal manshub dengan fathah, jihaadan : maf’ul bih kedua manshub.
Contoh: اتخذالله ابراهيم خليلا Allah menjadikan (mengangkat) Ibrahim sebagai kekasih
Ibrahim : maful bih awal mansub, alkhalila maf’ul bih kedua.
b. Fi’il-fi’il yang menashabkan dua maf’ul yang asalnya bukan mubtada dan khabar, fi’ilnya ialah kasaa, a’thaa, sa`ala, albasa, manaha, mana’a
Contoh: كسا الأب ولده ثوبا ayah memakaikan baju pada anaknya
ولده : maf’ul bih pertama dinasabkan dengan fathah, طعاما : maf’ul bih kedua
Contoh: سأل الولد أباه فلوسا seorang anak meminta uang kepada ayahnya
اباه : maf’ul bih pertama, fuluusan: maf’ul bih kedua.
Contoh: منع الله الناس شرب الخمر Allah melarang manusia minum khamar
الناس : maf’ul bih pertama, syurbal khamri: maf’ul bih kedua manshub.
c. Fi’il yang menashabkan tiga maf’ul. Meliputi:
Fi’il yang berarti memberitahukan: a’lama, khabbara, haddatsa, anba`a, akhbara.
Fi’il yang berarti memprlihatkan: araa (أرى).
Contoh: أعلم المدرس الطلاب الامتحان قريبا seorang guru memberitahukan ujian sebentar lagi kepada murid-murid itu.
الطلاب : maf’ul bih awal manshub dengan fathah, الامتحان : maf’ul bih kedua dinasabkan dengan fathah, قريبا : maf’ul bih ketiga dinashabkan dengan fathah.
Contoh: أرى الله الناس آيته ظاهرة Allah memperlihatkan kepada manusia tanda kekuasaanya
الناس : maf’ul bih awal manshub dengan fathah. آيته : maf’ul bih kedua dinasabkan dengan kasrah. ظاهرة : maf’ul bih ketiga dinashabkan dengan fathah.
3. Terkadang maf`ul bih itu berupa:
a. Isim Mu`rab, sebagaimna pada contoh-contoh sebelumnya.
b. Atau Isim Mabni (Dhamir muttasil atau munfasil, isim isyaroh, isim mausul)
Contoh : رأيتك saya melihatmu
ك: Dhamir muttasil mabni dengan fatah pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
Contoh : اياك نعبد hanya kepada-Mu kami beribadah
اياك : Dhamir munfasil mabni dengan fatah pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
Contoh : قرأت هذا الكتاب Saya membaca buku ini
هذا : Isim isyaroh mabni dengan sukun pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
Contoh : أحببت الذى فعل الخير Saya mencintai orang yang mengerjakan kebaikan
الذى : Isim mausul mabni dengan sukun pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
c. Masdar Muawwal yang terdiri dari “أن dan فغل” (an dan kata kerja) atau dari “انّ isim dan khabarnya”.
Contoh : أريد أن أسافر إلى خارج البلاد Saya hendak pergi keluar negri
أن أسافر : Masdar muawwal yang terdiri dari “أن و فغل” (an dan kata kerja) pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
Contoh : علمت أنك ناجح في الإمتحان saya tahu bahwa engkau lulus dalam ujian.
أنك ناجح : Masdar muawwal yang terdiri dari انّ isim dan khabarnya pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
4. Maf`ul bih boleh mendahului fa`ilnya.
Contoh : يحفظ الدرس الطالب Mahasiswa mempelajari pelajaran.
الدرس : Maf`ul bih dengan fathah, الطالب : fa`il marfu` dengan dhomah, dan wajib mendahulukan maf`ul bih atas fa`ilnya apabila dhamir munfasil.
Contoh : اياك نعبد hanya kepada-Mu kami beribadah
(اياك : Dhamir munfasil sebagai maf`ul bih, نعبد : fi`il dan fa`il)
5. Dan dibolehkan untuk membuang fi`il dan tetapnya maf`ul bih, apabila telah dipahami dalam pembicaraan
Contoh : من قابلت؟ فتقول : عليا , (siapa yang engkau temui? Maka dijawab :Ali)
التقدير: قابلت عليا (seharusnya: saya menemui Ali)
6. Pada asalnya maf`ul bih terletah setelah fi`il dan fa`il , kadang-kadang mashdar dan isim fa`il beramal seperti fi`ilnya dan masing-masing menasabkan maf`ul bih.
Contoh : تركا الإهمال (Tinggalkanlah pengangguran)
الإهمال : maf`ul bih untuk masdar, mansub dengan fatah.
Contoh : أنا الشارك فضلك (Saya berterimakasih atsa kebaikan anda)
فضلك : maf`ul bih untuk isim fa`il, mansub dengan fatah.
1. Maf’ul bih adalah isim yang dinashabkan yang menunjukkan orang/ benda yang terkenai pekerjaan pelaku dengan tanpa perubahan bentuk fi’ilnya (dalam bentuk mabni ma’lum).
Contoh: يطلب العاقل العلم orang berakal sedang menuntut ilmu.
العلم : maf’ul bih dinashabkan dengan tanda fathah karena isim mufrad.
2. Terkadang maf’ul bih itu berbilang jika fi’ilnya itu termasuk fi’il-fi’il yang menashabkan lebih dari satu maf’ul. Berikut fiil-fiilnya:
a. Fi’il-fi’il yang menashabkan dua maf’ul bih yang asal keduanya dari mubtada dari khabar.
Fi’il yang bermakna mengira meliputi zhanna, khaala, hasiba, za’ama, ja’ala, Hab.
Fi’il-fi’il yang bermakna yakin meliputi ra`a, ‘alima, wajada, alfa`, ta’allam (bermakna yakinilah).
Fi’il-fi’il yang berarti menjadikan meliputi shayyara, hawwala, ja’ala, radda, itkhadza, takhidza.
Contohnya: ظننت الرجل نائما saya kira anak itu tidur
الرجل : maf’ul bih awal (asalanya mubtada sebelumnya kemasukan zhanna) dinashabkan dengan fathah, naaiman : maf’ul bih kedua (asalnya khabar mubtada sebelum kemasukan zhanna) manshub dengan fathah.
Contoh: خلت محمدا اخاك saya kira Muhammad adalah saudaramu
Muhammadan : maf’ul bih awal manshub dengan fathah, akhaaka : maf’ul bih kedua dinasabkan dengan alif karena termasuk asmaaul khamsah.
Contoh: تعلم الحياة جهادا yakinilah hidup itu adalah perjuangan
Alhayaata : maf’ul bih awal manshub dengan fathah, jihaadan : maf’ul bih kedua manshub.
Contoh: اتخذالله ابراهيم خليلا Allah menjadikan (mengangkat) Ibrahim sebagai kekasih
Ibrahim : maful bih awal mansub, alkhalila maf’ul bih kedua.
b. Fi’il-fi’il yang menashabkan dua maf’ul yang asalnya bukan mubtada dan khabar, fi’ilnya ialah kasaa, a’thaa, sa`ala, albasa, manaha, mana’a
Contoh: كسا الأب ولده ثوبا ayah memakaikan baju pada anaknya
ولده : maf’ul bih pertama dinasabkan dengan fathah, طعاما : maf’ul bih kedua
Contoh: سأل الولد أباه فلوسا seorang anak meminta uang kepada ayahnya
اباه : maf’ul bih pertama, fuluusan: maf’ul bih kedua.
Contoh: منع الله الناس شرب الخمر Allah melarang manusia minum khamar
الناس : maf’ul bih pertama, syurbal khamri: maf’ul bih kedua manshub.
c. Fi’il yang menashabkan tiga maf’ul. Meliputi:
Fi’il yang berarti memberitahukan: a’lama, khabbara, haddatsa, anba`a, akhbara.
Fi’il yang berarti memprlihatkan: araa (أرى).
Contoh: أعلم المدرس الطلاب الامتحان قريبا seorang guru memberitahukan ujian sebentar lagi kepada murid-murid itu.
الطلاب : maf’ul bih awal manshub dengan fathah, الامتحان : maf’ul bih kedua dinasabkan dengan fathah, قريبا : maf’ul bih ketiga dinashabkan dengan fathah.
Contoh: أرى الله الناس آيته ظاهرة Allah memperlihatkan kepada manusia tanda kekuasaanya
الناس : maf’ul bih awal manshub dengan fathah. آيته : maf’ul bih kedua dinasabkan dengan kasrah. ظاهرة : maf’ul bih ketiga dinashabkan dengan fathah.
3. Terkadang maf`ul bih itu berupa:
a. Isim Mu`rab, sebagaimna pada contoh-contoh sebelumnya.
b. Atau Isim Mabni (Dhamir muttasil atau munfasil, isim isyaroh, isim mausul)
Contoh : رأيتك saya melihatmu
ك: Dhamir muttasil mabni dengan fatah pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
Contoh : اياك نعبد hanya kepada-Mu kami beribadah
اياك : Dhamir munfasil mabni dengan fatah pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
Contoh : قرأت هذا الكتاب Saya membaca buku ini
هذا : Isim isyaroh mabni dengan sukun pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
Contoh : أحببت الذى فعل الخير Saya mencintai orang yang mengerjakan kebaikan
الذى : Isim mausul mabni dengan sukun pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
c. Masdar Muawwal yang terdiri dari “أن dan فغل” (an dan kata kerja) atau dari “انّ isim dan khabarnya”.
Contoh : أريد أن أسافر إلى خارج البلاد Saya hendak pergi keluar negri
أن أسافر : Masdar muawwal yang terdiri dari “أن و فغل” (an dan kata kerja) pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
Contoh : علمت أنك ناجح في الإمتحان saya tahu bahwa engkau lulus dalam ujian.
أنك ناجح : Masdar muawwal yang terdiri dari انّ isim dan khabarnya pada kedudukan nasab sebagai maf`ul bih.
4. Maf`ul bih boleh mendahului fa`ilnya.
Contoh : يحفظ الدرس الطالب Mahasiswa mempelajari pelajaran.
الدرس : Maf`ul bih dengan fathah, الطالب : fa`il marfu` dengan dhomah, dan wajib mendahulukan maf`ul bih atas fa`ilnya apabila dhamir munfasil.
Contoh : اياك نعبد hanya kepada-Mu kami beribadah
(اياك : Dhamir munfasil sebagai maf`ul bih, نعبد : fi`il dan fa`il)
5. Dan dibolehkan untuk membuang fi`il dan tetapnya maf`ul bih, apabila telah dipahami dalam pembicaraan
Contoh : من قابلت؟ فتقول : عليا , (siapa yang engkau temui? Maka dijawab :Ali)
التقدير: قابلت عليا (seharusnya: saya menemui Ali)
6. Pada asalnya maf`ul bih terletah setelah fi`il dan fa`il , kadang-kadang mashdar dan isim fa`il beramal seperti fi`ilnya dan masing-masing menasabkan maf`ul bih.
Contoh : تركا الإهمال (Tinggalkanlah pengangguran)
الإهمال : maf`ul bih untuk masdar, mansub dengan fatah.
Contoh : أنا الشارك فضلك (Saya berterimakasih atsa kebaikan anda)
فضلك : maf`ul bih untuk isim fa`il, mansub dengan fatah.
Keempat Maf`ul Muthlaq
1. Maf`ul Muthlaq adalah isim (mashdar) yang dinasabkan diambil lafadz fi`il (Kata kerja) yang disebutkan bersama fa`ilnya untuk menegaskan, menjelaskan keadaan dan menjelaskan jumlah pekerjaan itu diperbuat (Sekali, duakali, atau berulang kali)
Contoh : حفظت الدرس حفظا (Saya mengfal pelajaran dengan sesungguhnya menghafal)
حفظا: Maf`ul Muthlaq (mashdar) untuk menegaskan kata kerja dalam keadaan mansub dengan fathah.
Contoh :حفظت الدرس حفظا جيدا (Saya menghafal pelajaran dengan sebaik-baiknya menghafal)
حفظا : Maf`ul Muthlaq untuk menjelaskan keadaan kata kerja dalam keadaan mansub dengan fathah. جيدا : na`at tâbi` dari man`ut dalam keadaan nasabnya, dinasabkan dengan fathah.
Contoh : المدرس حفظت الدرس حفظ(Saya menhafal pelajaran seperti menghafalnya guru)
حفظ : Maf`ul Muthlaq menjelaskan macam kata kerja dalam keadaan dinasabkan dengan fathah, dan ia merupakan mudhaf. المدرس: mudhaf ilaih dalam keadaan majrur dengan kasrah.
Contoh : حفظت الدرس حفظة (Saya menghafal pelajaran sekali)
Contoh : حفظت الدرس حفظين (Saya menghafal pelajaran dua kali)
Contoh : حفظت الدرس حفظات (Saya menghafal pelajaran berulang klai)
حفظة : Maf`ul Muthlaq menjelaskan jumlah pekerjaan itu diperbuat, dinasabkan dengan fathah.
حفظين : Maf`ul Muthlaq menjelaskan jumlah pekerjaan itu diperbuat, dinasabkan dengan yaa.
حفظات : Maf`ul Muthlaq menjelaskan jumlah pekerjaan itu diperbuat, dinasabkan dengan khasrah.
2. Kadang-kadang maf’ul muthlaq itu menunjukkan kepada fi’ilnya diantaranya ialah:
a. Lafadz “ كلّ و بغض” yang keduanya berkedudukan sebagai mudhaf bagi mashdar.
Contoh : احترم الولد المؤدب والديه كل الإحترام (Anak terpelajar memuliakan kedua orang tuanya dengan sepenuhnya)
كل : Nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan macam kata kerja dalam keadaan mansub dengan fathah dan ia merupakan mudhaf.م الإحترا : mudhaf ilaih dalam keadaan majrur dengan khasrah.
Contoh : لا تجتهدوا في التعلم بعض الإجتهاد (Kamu sekalian jangan rajin dalam belajar setengah-setengah (tanggung))
بعض : Nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan macam kata kerja dinasabkan dengan fathah dan ia merupakan mudhaf. : الإجتهاد mudhaf ilaih dalam keadaan majrur dengan khasrah.
b. Shifat (keterangan) mashdar tanpa disebutkan mashdarnya
Contoh : تطورت الحياة سريعا (Kehidupan berkembang dengan cepat)
سريعا : Shifat nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan macam kata kerja, tâbi` bagi mausûf dalam keadaan nasabnya, mansub dengan fathah.
c. Isim Isyarah sebelum mashdar
Contoh : ربيته هذه التربية (Saya mendidik dia dengan macam pendidikan yang ini)
هذه : isim isyarah nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan macam kata kerja, mabni dengan kashrah dalam keadaan nasab.
d. Kata yang menunjukan bilangan
Contoh : حفظ الطلاب الدرس مرة (Murid-murid menghafal pelajaran satu kali)
Contoh : مرتين حفظ الطلاب الدرس (Murid-murid menghafal pelajaran dua kali)
Contoh : حفظ الطلاب الدرس مرات (Murid-murid menghafal pelajaran tiga kali)
مرة : Lafadz nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan bilangan, dinasabkan dengan fathah.
مرتين : Lafadz nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan bilangan, dinasabkan dengan yaa.
مرات : Lafadz nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan bilangan, dinasabkan dengan khasrah.
3. Kadang-kadang fi`il maf`ul muthlaq dibuang
Contoh : شكرا (Terimakasih)
اصلها : أشكرك شكرا (asalnya :saya berterimaksih dengan sesungguhnya)
Contoh : قياما (Berdirilah)
اصلها : قوموا قياما (asalnya : bangunlah berdirilah)
Contoh : تحية طيبة
اصلها: أحييكم تحية طيبة (asalnya : Saya memberi penghormatan kepada kamu sekalian dengan penghormatan yang baik)
Contoh : انت ابنى حقا
أصلها : انت ابنى أحقه حقا (asalnya :Engkaulah sungguh anakaku)
Contoh : هذا رجل كريم جدا
اصلها : …….يجد جدا (Ini seorang laki-laki yang sangat mulia)
Contoh : حمد لله
اصلها : أحمد حمد لله (Memuji)
Contoh :المدير حضر الخفلة جميع العاملين و أيضا (Seluruh pekerja menghadiri pesta dan juga rector (pemimpin))
1. Maf`ul Muthlaq adalah isim (mashdar) yang dinasabkan diambil lafadz fi`il (Kata kerja) yang disebutkan bersama fa`ilnya untuk menegaskan, menjelaskan keadaan dan menjelaskan jumlah pekerjaan itu diperbuat (Sekali, duakali, atau berulang kali)
Contoh : حفظت الدرس حفظا (Saya mengfal pelajaran dengan sesungguhnya menghafal)
حفظا: Maf`ul Muthlaq (mashdar) untuk menegaskan kata kerja dalam keadaan mansub dengan fathah.
Contoh :حفظت الدرس حفظا جيدا (Saya menghafal pelajaran dengan sebaik-baiknya menghafal)
حفظا : Maf`ul Muthlaq untuk menjelaskan keadaan kata kerja dalam keadaan mansub dengan fathah. جيدا : na`at tâbi` dari man`ut dalam keadaan nasabnya, dinasabkan dengan fathah.
Contoh : المدرس حفظت الدرس حفظ(Saya menhafal pelajaran seperti menghafalnya guru)
حفظ : Maf`ul Muthlaq menjelaskan macam kata kerja dalam keadaan dinasabkan dengan fathah, dan ia merupakan mudhaf. المدرس: mudhaf ilaih dalam keadaan majrur dengan kasrah.
Contoh : حفظت الدرس حفظة (Saya menghafal pelajaran sekali)
Contoh : حفظت الدرس حفظين (Saya menghafal pelajaran dua kali)
Contoh : حفظت الدرس حفظات (Saya menghafal pelajaran berulang klai)
حفظة : Maf`ul Muthlaq menjelaskan jumlah pekerjaan itu diperbuat, dinasabkan dengan fathah.
حفظين : Maf`ul Muthlaq menjelaskan jumlah pekerjaan itu diperbuat, dinasabkan dengan yaa.
حفظات : Maf`ul Muthlaq menjelaskan jumlah pekerjaan itu diperbuat, dinasabkan dengan khasrah.
2. Kadang-kadang maf’ul muthlaq itu menunjukkan kepada fi’ilnya diantaranya ialah:
a. Lafadz “ كلّ و بغض” yang keduanya berkedudukan sebagai mudhaf bagi mashdar.
Contoh : احترم الولد المؤدب والديه كل الإحترام (Anak terpelajar memuliakan kedua orang tuanya dengan sepenuhnya)
كل : Nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan macam kata kerja dalam keadaan mansub dengan fathah dan ia merupakan mudhaf.م الإحترا : mudhaf ilaih dalam keadaan majrur dengan khasrah.
Contoh : لا تجتهدوا في التعلم بعض الإجتهاد (Kamu sekalian jangan rajin dalam belajar setengah-setengah (tanggung))
بعض : Nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan macam kata kerja dinasabkan dengan fathah dan ia merupakan mudhaf. : الإجتهاد mudhaf ilaih dalam keadaan majrur dengan khasrah.
b. Shifat (keterangan) mashdar tanpa disebutkan mashdarnya
Contoh : تطورت الحياة سريعا (Kehidupan berkembang dengan cepat)
سريعا : Shifat nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan macam kata kerja, tâbi` bagi mausûf dalam keadaan nasabnya, mansub dengan fathah.
c. Isim Isyarah sebelum mashdar
Contoh : ربيته هذه التربية (Saya mendidik dia dengan macam pendidikan yang ini)
هذه : isim isyarah nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan macam kata kerja, mabni dengan kashrah dalam keadaan nasab.
d. Kata yang menunjukan bilangan
Contoh : حفظ الطلاب الدرس مرة (Murid-murid menghafal pelajaran satu kali)
Contoh : مرتين حفظ الطلاب الدرس (Murid-murid menghafal pelajaran dua kali)
Contoh : حفظ الطلاب الدرس مرات (Murid-murid menghafal pelajaran tiga kali)
مرة : Lafadz nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan bilangan, dinasabkan dengan fathah.
مرتين : Lafadz nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan bilangan, dinasabkan dengan yaa.
مرات : Lafadz nâib dari maf`ul muthlaq menjelaskan bilangan, dinasabkan dengan khasrah.
3. Kadang-kadang fi`il maf`ul muthlaq dibuang
Contoh : شكرا (Terimakasih)
اصلها : أشكرك شكرا (asalnya :saya berterimaksih dengan sesungguhnya)
Contoh : قياما (Berdirilah)
اصلها : قوموا قياما (asalnya : bangunlah berdirilah)
Contoh : تحية طيبة
اصلها: أحييكم تحية طيبة (asalnya : Saya memberi penghormatan kepada kamu sekalian dengan penghormatan yang baik)
Contoh : انت ابنى حقا
أصلها : انت ابنى أحقه حقا (asalnya :Engkaulah sungguh anakaku)
Contoh : هذا رجل كريم جدا
اصلها : …….يجد جدا (Ini seorang laki-laki yang sangat mulia)
Contoh : حمد لله
اصلها : أحمد حمد لله (Memuji)
Contoh :المدير حضر الخفلة جميع العاملين و أيضا (Seluruh pekerja menghadiri pesta dan juga rector (pemimpin))
Kelima Maf`ul Liajlih
1. Maf`ul liajlih ialah isism yang dinasabkan yang disebutkan setelah fi`il untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu pekerjaan (yakni sebagai jawaban terjadinya pekerjaan)
Contoh : منحت الحكومة المنحة الدراسية الطلاب تشجيعا لهم (Pemerintah memberikan Beasiswa kepada para siswa untuk memberi dorongan kepada mereka(.
تشجيعا : Maf`ul liajlih maf’ul bih dinashabkan dengan tanda fathah karena isim mufrad.
Contoh : حضر علي إكراما لمحمد (Ali datang kepada Muhammad untuk memuliakannya)
إكراما : Maf`ul liajlih maf’ul bih dinashabkan dengan tanda fathah karena isim mufrad.
2. Pada asalnya maf`ul liajlih itu mesti dinasabkan, namun boleh juga dijarkan oleh lam haraf jar (yang berarti karena =lam ta`lil) dengan demikian tidak di`irabkan sebagai maf`ul liajlih, melainkan sebagai jar majrur yang berhubungan dengan kata sebelumnya.
Contoh :أو لتشجيع لهم منحت الحكومة المنحة الدراسية الطلاب للتشجيع لهم (Pemerintah memberikan Beasiswa kepada para siswa untuk memberi dorongan kepada mereka(.
حضر علي للإكرام محمدا أو لإكرام محمد (Ali datang kepada Muhammad untuk memuliakannya)
1. Maf`ul liajlih ialah isism yang dinasabkan yang disebutkan setelah fi`il untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu pekerjaan (yakni sebagai jawaban terjadinya pekerjaan)
Contoh : منحت الحكومة المنحة الدراسية الطلاب تشجيعا لهم (Pemerintah memberikan Beasiswa kepada para siswa untuk memberi dorongan kepada mereka(.
تشجيعا : Maf`ul liajlih maf’ul bih dinashabkan dengan tanda fathah karena isim mufrad.
Contoh : حضر علي إكراما لمحمد (Ali datang kepada Muhammad untuk memuliakannya)
إكراما : Maf`ul liajlih maf’ul bih dinashabkan dengan tanda fathah karena isim mufrad.
2. Pada asalnya maf`ul liajlih itu mesti dinasabkan, namun boleh juga dijarkan oleh lam haraf jar (yang berarti karena =lam ta`lil) dengan demikian tidak di`irabkan sebagai maf`ul liajlih, melainkan sebagai jar majrur yang berhubungan dengan kata sebelumnya.
Contoh :أو لتشجيع لهم منحت الحكومة المنحة الدراسية الطلاب للتشجيع لهم (Pemerintah memberikan Beasiswa kepada para siswa untuk memberi dorongan kepada mereka(.
حضر علي للإكرام محمدا أو لإكرام محمد (Ali datang kepada Muhammad untuk memuliakannya)
Keenam Maf`ul Ma`ah
Maf`ul ma`ah ialah isim yang dinasabkan yang disebut setelah wawu ma`iyah (berarti: serta, bertepatan dengan) untuk menunjukan bersamaan, bertepatan dengan.
Contoh : قمت من النوم و طلوع الفجر (Saya bangun tidur bertepatan dengan terbit fajar)
الواو : ma’iyyah (serta atau bertepatan dengan), طلوع : maf’ul ma’ah, dinasabkan dengan fathah karena isim mufrad.
Contoh: kelelawar terbang bersamaan dengan terbitnya matahari (طار الخفاش و غروب الشمس).
الواو : ma’iyyah (serta atau bertepatan dengan), غروب : maf’ul ma’ah, dinasabkan dengan fathah karena isim mufrad.
Perbedaan antara wawu athaf dengan wawu ma’iyyah adalah wawu athaf memberi arti kebersamaan hubungan hukum ma’na kalimah yang sebelum wawu ‘athaf dan yang sesudahnya. Adapun wawu ma’iyyah adalah wawu ma’iyyah tidak memberi arti kebersamaan hukum seperti pada wawu athaf melainkan menunjukkan kebersamaan dalam waktu terjadi pekerjaan.
Maf`ul ma`ah ialah isim yang dinasabkan yang disebut setelah wawu ma`iyah (berarti: serta, bertepatan dengan) untuk menunjukan bersamaan, bertepatan dengan.
Contoh : قمت من النوم و طلوع الفجر (Saya bangun tidur bertepatan dengan terbit fajar)
الواو : ma’iyyah (serta atau bertepatan dengan), طلوع : maf’ul ma’ah, dinasabkan dengan fathah karena isim mufrad.
Contoh: kelelawar terbang bersamaan dengan terbitnya matahari (طار الخفاش و غروب الشمس).
الواو : ma’iyyah (serta atau bertepatan dengan), غروب : maf’ul ma’ah, dinasabkan dengan fathah karena isim mufrad.
Perbedaan antara wawu athaf dengan wawu ma’iyyah adalah wawu athaf memberi arti kebersamaan hubungan hukum ma’na kalimah yang sebelum wawu ‘athaf dan yang sesudahnya. Adapun wawu ma’iyyah adalah wawu ma’iyyah tidak memberi arti kebersamaan hukum seperti pada wawu athaf melainkan menunjukkan kebersamaan dalam waktu terjadi pekerjaan.
Contoh: Muhammad dan hasan telah
hadir
Wawu/ dan disini adalah wawu ‘athaf.
Contoh: Muhammad telah hadir bersamaan dengan terbitnya matahari.
Wawu disini bermakna bersamaan adalah wawu ma’iyyah.
Kadang-kadang wawu bisa dijadikan wawu ‘athaf atau wawu ma’iyyah. Contoh: presiden dan para menteri telah pergi (wawu ‘athaf bermakna dan)
Contoh: presiden bersama para menteri telah pergi (wawu ma’iyyah berarti bersama)
Ketujuh Maf’ul Fiih/ Zharaf Zaman dan Zharaf Makan
1. Maf’ul fiih adalah isim yang dinasabkan yang disebut untuk menjelaskan waktu terjadinya pekerjaan atau tempatnya (keterangan waktu atau keterangan tempat).
Contoh: kapal terbang bertolak pada malam hari. (lafazh lailan merupakan zharaf zaman dinasabkan dengan fathah).
Contoh: guru berdiri di depan kelas. (lafazh amaama merupakan zharaf makan dinasabkan dengan fathah).
2. Beberapa zharaf zaman yang paling penting ialah;
Saat, sejam (sâ’ah), hari (yaum), seminggu (usbû’), sebulan (syahr), setahun (sanatan), pagi-pagi (shabahan), zhuhur, malam (lailan), besok (ghadan), sebentar (lahzhah), sejenak (burhatan), selama, waktu (muddatan), sore hari (masaa`an), ketika (hiina), setelah, tengah (itsnaa), selamanya/ abadi (Abadan), waktu kosong, sebelum (qabla), selama (khilaali), tengah (jauf).
3. Beberapa zharaf makan yang paling penting diantaranya:
Di depan, dibelakang (wara`a/ khalafa), sebelah kanan (yamiin), sebelah kanan (yasaar/ syimaal), di tengah-tengah (wastun), di atas (fauq), di bawah (tahta), dekat, disamping (qarb), disamping (‘inda/ jaanib), di antara (baina), di dekat (laday), bertepatan dengan (tilqaa`a), arah, seputar, sekitar (haula), dibawah, mil (mailan), kilo meter.
Zharaf zaman dan makan terbagi ke dalam dua macam
a. Zharaf munsharifah adalah zharaf yang bisa dipakai sebagai zharaf (dinasabkan) dan bisa pula dijadikan bukan sebagai zharaf dan di I’rabi sesuai dengan jabatannya dalam jumlah (kalimat).
Contoh: saya akan berkunjung kepadamu pada hari jum’at. (lafazh yaum/ hari: zharaf zaman dinasabkan dengan zharaf).
Contoh: saya berjalan dalam jarak I km. (lafazh kilometer: zharaf makan dinasabkan dengan zharaf.
Bisa juga digunakan bukan sebagai zharaf (sesuai tempatnya dalam jumlah/ kalimat)
Satu kilometer adalah seribu meter. (lafazh kilometer: mubtada dirafa’kan dengan dhammah)
Contoh hari jum’at telah datang. (lafazh yaum/ hari: fa’il dirafa’kan dengan dhammah.
b. Zharaf ghair munsharifah yang hanya digunakan sebagai zharaf. Diantara zharaf ini ialah hiiina, ba’da, atsnaa, khilaali, disamping (‘inda/ jaanib), di antara (baina), di dekat (laday), bertepatan dengan (tilqaa`a), seputar, sekitar (haula), arah, di bawah (duuna).
Contoh: beberapa pesawat terbang di atas awan. (lafazh fauqa/ di atas: zharaf makan maf’ul fiih dinasabkan dengan zharaf.
Contoh: surga itu berada di bawah telapak kaki kaum ibu. (lafazh tahta/ dibawah: zharaf makan menjadi khabar, dinasabkan dengan fi’il yang wajib dihilangkan, asalanya ada lafazh tastaqirru (berada).
Contoh: saya bertemu dengan seorang laki-laki yang berada di dekatmu. (didekat: zharaf makan).
4. Kebolehan menjarrkan zharaf-zharaf ghair munsharifah dengan lafazh “min”.
Contoh: katakanlah seluruh persoalan datang dari Allah. (min ‘indi)
Mengalir dari bawah (surga) sungai-sungai. (min tahti)
– terdapat juga zharaf-zharaf yang mabni yang tidak berubah (harakatnya) dengan perubahan kedudukan pada kalimat. Dintaranya ialah; haisu mabni dengan dhamah, amsaa mabni dengan fathah, al`aan mabni dengan fathah.
Kedelapan Haal
1. Hal adalah isim nakirah yang dinasabkan yang menerangkan keadaan fa`il(pelaku) atau maf`ul bih (objek) pada waktu terjadinya pekerjaan, yakni “hal” itu merupakan jawaban dari “Dalam keadaan bagaimana pekerjaan itu terjadi?”. Fa`il atau maf`ul bih yang diterangkan keadaannya itu disebut “Shahibul hal” dan shahibul hal ini selamanya mesti ma`rifat.
Contoh :صلى المريض جالسا (Orang sakit shalat sambil duduk)
جالسا : menerangkan tentang hal/keadaan fa`il “المريض” mansub dengan fathah karena isim mufrad.
Contoh : شربت الماء صافيا (Saya minum air dalam keadaan bersih)
صافيا : menerangkan tentang hal/keadaan maf`ul bih الماء (air) ketika waktu meminumnya, berkedudukan sebagai hal dinasabkan dengan fathah.
2. Hal itu ada tiga macam:
a. Isim zhahir yang menjadi hal biasanya dari sifat yang nakirah (kata keterangan keadaan umum). Sifat ini bersifat temporer/sewaktu-waktu yakni bukan merupakan keharusan kalimah yang disifatinya melainkan hanya menunjukan keadaan kalimah (shahibul hal) tersebut pada waktu terjadinya pekerjaan saja. Hal mesti sama dengan shahibul hal dalam macamnya (mudzakar dan muannats) dalam `adadnya (mufrad,mutsanna dan jamak)
Contoh : عادت الطائرة سالمة (Kapal terbang kembali dengan selamat)
الطائرة : Shahibul hal, mufrad muannats, sâlimah : berkedudukan sebagai hal mufrad muannats.
Contoh : عادت الطائرتان سالمتبن(Duakapal terbang kembali dengan selamat)
الطائرتان : Shahibul hal, mutsanna muannats. سالمتبن: berkedudukan sebagai hal mutsanna muannats.
Contoh : عادت الطائرات سالمات (Kapal terbang kembali dengan selamat)
الطائرات : Shahibul hal,jama` muannats. سالمات : berkedudukan sebagai hal jama` muannats.
Contoh: حفظ الطالب الدرس جالسا (Mahasiswa menghafal pelajaran sambil duduk)
الطالب : Shahibul hal, mufrad mudzakar, جالسا: hal mufrad mudzakar.
Contoh :حفظ الطالبان الدرس جالسين (dua orang mahasiswa menghafal pelajaran sambil duduk).
الطالبان : Shahibul hal, mutsanna mudzakar, جالسين : hal mutsanna mudzakar.
Contoh: حفظ الطلاب الدرس جالسين (para mahasiswa menghafal pelajaran sambil duduk).
الطلاب : Shahibul hal, jamak taksier, جالسين : hal jamak mudzakar salim.
Hal kadang-kadang dibuat dari mashdar yang nakirah
Contoh: hujan turun mendadak (dengan mendadak) (نزل المطار بغتة)
بغتة : mashdar, haal dinasabkan dengan fathah karena isim mufrad.
b. Syibhun jumlatin (zharaf, jar majrur)
Contoh: saya melihat kapal terbang di antara (di dalam) awan (رأيت الطائرة بين السحاب ).
Wawu/ dan disini adalah wawu ‘athaf.
Contoh: Muhammad telah hadir bersamaan dengan terbitnya matahari.
Wawu disini bermakna bersamaan adalah wawu ma’iyyah.
Kadang-kadang wawu bisa dijadikan wawu ‘athaf atau wawu ma’iyyah. Contoh: presiden dan para menteri telah pergi (wawu ‘athaf bermakna dan)
Contoh: presiden bersama para menteri telah pergi (wawu ma’iyyah berarti bersama)
Ketujuh Maf’ul Fiih/ Zharaf Zaman dan Zharaf Makan
1. Maf’ul fiih adalah isim yang dinasabkan yang disebut untuk menjelaskan waktu terjadinya pekerjaan atau tempatnya (keterangan waktu atau keterangan tempat).
Contoh: kapal terbang bertolak pada malam hari. (lafazh lailan merupakan zharaf zaman dinasabkan dengan fathah).
Contoh: guru berdiri di depan kelas. (lafazh amaama merupakan zharaf makan dinasabkan dengan fathah).
2. Beberapa zharaf zaman yang paling penting ialah;
Saat, sejam (sâ’ah), hari (yaum), seminggu (usbû’), sebulan (syahr), setahun (sanatan), pagi-pagi (shabahan), zhuhur, malam (lailan), besok (ghadan), sebentar (lahzhah), sejenak (burhatan), selama, waktu (muddatan), sore hari (masaa`an), ketika (hiina), setelah, tengah (itsnaa), selamanya/ abadi (Abadan), waktu kosong, sebelum (qabla), selama (khilaali), tengah (jauf).
3. Beberapa zharaf makan yang paling penting diantaranya:
Di depan, dibelakang (wara`a/ khalafa), sebelah kanan (yamiin), sebelah kanan (yasaar/ syimaal), di tengah-tengah (wastun), di atas (fauq), di bawah (tahta), dekat, disamping (qarb), disamping (‘inda/ jaanib), di antara (baina), di dekat (laday), bertepatan dengan (tilqaa`a), arah, seputar, sekitar (haula), dibawah, mil (mailan), kilo meter.
Zharaf zaman dan makan terbagi ke dalam dua macam
a. Zharaf munsharifah adalah zharaf yang bisa dipakai sebagai zharaf (dinasabkan) dan bisa pula dijadikan bukan sebagai zharaf dan di I’rabi sesuai dengan jabatannya dalam jumlah (kalimat).
Contoh: saya akan berkunjung kepadamu pada hari jum’at. (lafazh yaum/ hari: zharaf zaman dinasabkan dengan zharaf).
Contoh: saya berjalan dalam jarak I km. (lafazh kilometer: zharaf makan dinasabkan dengan zharaf.
Bisa juga digunakan bukan sebagai zharaf (sesuai tempatnya dalam jumlah/ kalimat)
Satu kilometer adalah seribu meter. (lafazh kilometer: mubtada dirafa’kan dengan dhammah)
Contoh hari jum’at telah datang. (lafazh yaum/ hari: fa’il dirafa’kan dengan dhammah.
b. Zharaf ghair munsharifah yang hanya digunakan sebagai zharaf. Diantara zharaf ini ialah hiiina, ba’da, atsnaa, khilaali, disamping (‘inda/ jaanib), di antara (baina), di dekat (laday), bertepatan dengan (tilqaa`a), seputar, sekitar (haula), arah, di bawah (duuna).
Contoh: beberapa pesawat terbang di atas awan. (lafazh fauqa/ di atas: zharaf makan maf’ul fiih dinasabkan dengan zharaf.
Contoh: surga itu berada di bawah telapak kaki kaum ibu. (lafazh tahta/ dibawah: zharaf makan menjadi khabar, dinasabkan dengan fi’il yang wajib dihilangkan, asalanya ada lafazh tastaqirru (berada).
Contoh: saya bertemu dengan seorang laki-laki yang berada di dekatmu. (didekat: zharaf makan).
4. Kebolehan menjarrkan zharaf-zharaf ghair munsharifah dengan lafazh “min”.
Contoh: katakanlah seluruh persoalan datang dari Allah. (min ‘indi)
Mengalir dari bawah (surga) sungai-sungai. (min tahti)
– terdapat juga zharaf-zharaf yang mabni yang tidak berubah (harakatnya) dengan perubahan kedudukan pada kalimat. Dintaranya ialah; haisu mabni dengan dhamah, amsaa mabni dengan fathah, al`aan mabni dengan fathah.
Kedelapan Haal
1. Hal adalah isim nakirah yang dinasabkan yang menerangkan keadaan fa`il(pelaku) atau maf`ul bih (objek) pada waktu terjadinya pekerjaan, yakni “hal” itu merupakan jawaban dari “Dalam keadaan bagaimana pekerjaan itu terjadi?”. Fa`il atau maf`ul bih yang diterangkan keadaannya itu disebut “Shahibul hal” dan shahibul hal ini selamanya mesti ma`rifat.
Contoh :صلى المريض جالسا (Orang sakit shalat sambil duduk)
جالسا : menerangkan tentang hal/keadaan fa`il “المريض” mansub dengan fathah karena isim mufrad.
Contoh : شربت الماء صافيا (Saya minum air dalam keadaan bersih)
صافيا : menerangkan tentang hal/keadaan maf`ul bih الماء (air) ketika waktu meminumnya, berkedudukan sebagai hal dinasabkan dengan fathah.
2. Hal itu ada tiga macam:
a. Isim zhahir yang menjadi hal biasanya dari sifat yang nakirah (kata keterangan keadaan umum). Sifat ini bersifat temporer/sewaktu-waktu yakni bukan merupakan keharusan kalimah yang disifatinya melainkan hanya menunjukan keadaan kalimah (shahibul hal) tersebut pada waktu terjadinya pekerjaan saja. Hal mesti sama dengan shahibul hal dalam macamnya (mudzakar dan muannats) dalam `adadnya (mufrad,mutsanna dan jamak)
Contoh : عادت الطائرة سالمة (Kapal terbang kembali dengan selamat)
الطائرة : Shahibul hal, mufrad muannats, sâlimah : berkedudukan sebagai hal mufrad muannats.
Contoh : عادت الطائرتان سالمتبن(Duakapal terbang kembali dengan selamat)
الطائرتان : Shahibul hal, mutsanna muannats. سالمتبن: berkedudukan sebagai hal mutsanna muannats.
Contoh : عادت الطائرات سالمات (Kapal terbang kembali dengan selamat)
الطائرات : Shahibul hal,jama` muannats. سالمات : berkedudukan sebagai hal jama` muannats.
Contoh: حفظ الطالب الدرس جالسا (Mahasiswa menghafal pelajaran sambil duduk)
الطالب : Shahibul hal, mufrad mudzakar, جالسا: hal mufrad mudzakar.
Contoh :حفظ الطالبان الدرس جالسين (dua orang mahasiswa menghafal pelajaran sambil duduk).
الطالبان : Shahibul hal, mutsanna mudzakar, جالسين : hal mutsanna mudzakar.
Contoh: حفظ الطلاب الدرس جالسين (para mahasiswa menghafal pelajaran sambil duduk).
الطلاب : Shahibul hal, jamak taksier, جالسين : hal jamak mudzakar salim.
Hal kadang-kadang dibuat dari mashdar yang nakirah
Contoh: hujan turun mendadak (dengan mendadak) (نزل المطار بغتة)
بغتة : mashdar, haal dinasabkan dengan fathah karena isim mufrad.
b. Syibhun jumlatin (zharaf, jar majrur)
Contoh: saya melihat kapal terbang di antara (di dalam) awan (رأيت الطائرة بين السحاب ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar