Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Selasa, 23 Juli 2019

BAHASA ARAB DAN DIINIYYAH : MASDAR


masdar
الْمَصْدَرُ
DEFENISI MASDAR


Secara bahasa, masdar berarti sumber atau asal. Karena, menurut sebagian ulama nahwu masdar merupakan asal  isim-isim musytaq;  Fi’il madhi terjadi dari masdar. Madhi mazid berasaal dari mujarradnya. Mudhari’ berasal dari madhi, dan majhulnya berasal dari ma’lumnya. Seluruh isim musytaq berasal dari mudhari’ ma’lum kecuali isim maf’ul, karena ia berasal dari fi’il mudhari’ majhul. Adapun masdar di atas tsulasi, ia berasal dari fi’il madhi secara lafzhi tetapi maknanya berasal dari masdar tsulasi.
Adapun secara istilah, yang dimaksud dengan masdar adalah isim ma’na yang mengandung makna perbuatan yang tidak memiliki masa, tempat, dan zat. Dalam defenisi Arabnya kira-kira seperti berikut:
المصدر هو ما دل على معنى او حدث مجرد من الزمان والمكان و الذات
 Contoh:
·         أَحْمَدُ يَقْرَأُ اْلقُرْآنَ , قِرَاءَتُهُ جَيِّدَةٌ  
Artinya: “ Ahmad sedang membaca Al-Quran, bacaannya bagus.
Kata “  قراءة  “  (bacaan) merupakan masdar, mengandung makna perbuatan (membaca), namun (1) tidak memiliki masa (telah atau sedang) terjadinya perbuatan tersebut; (2) tidak menunjukkan tempat terjadinya perbuatan; dan (3) tidak memiliki zat, tidak berbentuk, atau sifatnya abstrak.

Sebagaimana dijelaskan bahwa masdar disebut juga isim makna ( اسم المعنى  ) yaitu isim yang menunjukkan makna yang sunyi dari zaman/waktu (terjadinya perbuatan). Itulah yang membedakannya dengan fi’il; fi’il mengandung dua hal, yaitu perbuatan dan waktu terjadinya perbuatan . Di dalam bahasa Indonesia disebut dengan kata benda abstrak, seperti kata “ bacaan (  قِرَاءَةٌ ) dan pertolongan ( نَصْرٌ  ).
Demikian juga, bahwa dalam bahasa Indonesia masdar juga bisa diartikan dengan arti kata kerjanya. Seperti:
·    يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ قِرَاءَةُ اْلقُرْآنِ 
Artinya : Setiap Muslim harus membaca al-Quran. Kata “  قراءة   “ diartikan dengan makna “ membaca “.

MACAM-MACAM MASDAR

Ada enam bentuk macam masdar, yaitu: (1) Masdar asli ( المصدر الأصلي ),(2) Masdar ta’kid (مصدر التأكيد), (3)  Masdar marrah ( مصدر المرة ), (4) Masdar nau’(مصدر النوع ), (5)  Masdar mimi ( المصدر الميمي ), (6) Masdar sina’i ( المصدرالصناعي ).
Berikut ini penjelasannya :
1.  Masdar asli
Masdar asli adalah masdar yang hakiki ,  tidak dimulai dengan mim zaidah, di akhirnya tidak ada ya musyaddadah yang setelahnya ta’ marbuthah, contoh:
·    عِلْمٌ , عَدْلٌ , جُلُوْسٌ .
Termasuk ke dalam masdar ashly yaitu; masdar yang menunjukkan bilangan perbuatan yang dilakukan, dan dikenal dengan istilah isim marrah (اسم المرة);masdar yang menunjukkan  bagaimana cara terjadinya perbuatan yang disebut dengan masdar nau’ (مصدر النوع). 
2.  Masdar ta’kid
Yaitu masdar yang berfungsi sebagai taukid (penguat) perbuatan yang dilakukan, contoh :
·         أَكْرَمْتُ اْلأًسْتَاذَ اِكْرَامًا    saya sangat menghormati ustaz itu.
·         ضَرَبَ الرِجَالُ الِلصَ ضَرْبًا  Laki-laki itu betul-betul telah memukul pencuri itu.
Adapun struktur masdar ta’kid ini sebagaimana adanya (masdar asli), hanya saja masdar tersebut difungsikan sebagai ta’kid.
3.  Masdar marrah
Yaitu masdar yang berfungsi menjelaskan jumlah perbuatan yang dilakukan. Oleh karena itu disebut juga dengan masdar ‘adad  (مصدر العدد ).  Contoh :
·         طَوَفْتُهُ تَطْوِيْفَةً وَاحِدَةً    saya mengitarinya satu kali putaran
·         ضَرَبَ الرَجُلُ كَلْبَهُ ضَرْبَةً   Lelaki itu memukul anjingnya satu kali
Masdar marrah terbentuk dari fi’il madhi tsulasy ma’lum dan ghair tsulasy;pertama, dibentuk dengan wazan “  فَـَعْلـَة “ dengan menambahkan ta’ di akhirnya. Seperti fi’il “  ضَـَرَبَ “ maka masdar marrahnya adalah “  ضـَرْبـَة  “, dan fi’il “  سَعَى  “ masdar marrahnya adalah “  سـَعْيـَة  “. Kedua, masdar marrah dibentuk dari fi’il ghair tsulasi dengan wazan masdar fi’ilnya, dengan menambahkan ta’ di akhirnya. Seperti fi’il “  كـَبَّرَ  “  masdar aslinya adalah“  تـَكـْبِيْراً “ maka marrahnya adalah “تـَكـْبـِيْرَة “.
Apabila masdar asli berakhir dengan ta’ pada asalnya, agar menunjukkan marrah, maka harus disifati dengan kata “  وَاحِدَة “. Seperti fi’il “ رَحِمَ  “ masdar aslinya adalah “  رَحـْمَة  “ maka masdar marrahnya adalah “  رَحـْمَة وَاحِدَة  “.
4.  Masdar nau’
Disebut juga dengan masdar hai’ah ( الهيئة اسم) yaitu masdar yang berfungsi menjelaskan bentuk perbuatan dan sifatnya ketika terjadinya perbuatan tersebut.
 Contoh :
·    نَظَرْتُ اِلَيْهِ نِظْرَةَ اْلمَحَب Saya melihatnya dengan pandangan cinta
·    جَلَسَ مَحمود جٍلْسَةَ الْغَنِي  Mahmud duduk seperti duduk orang kaya
Masdar yang mengandung ma’na hai’ah haruslah dengan qarinah, baik dengan sifat atau diidhafahkan. Seperti pada contoh di atas, maka kata “اْلمَحَب  “  dan “  الْغَنِي  “ adalah qarinahnya.
Isim hai’ah terjadi dari fi’il madhi tsulasy dan ghair tsulasy:
·    Isim hai’ah yang terbentuk dari fi’il madhi ma’lum berwazankan “ فـِعْلـَةٌ “ (dengan mengkasrahkan awalnya dan menambahkan ta’ diakhirnya). Seperti fi’il “  جَلَـَسَ  “ isim hai’ahnya menjadi “  جِلـْسَة“.
·    Isim hai’ah dari ghair tsulasi yang dibentuk  dari fi’il madhi ma’lum berwazankan masdar fi’ilnya, dan diakhiri dengan ta’. Seperti fi’il “ اِنـْطـَلـَق  “ maka isim hai’ahnya adalah “ اِنـْطِلَاقَـَة “.
Apabila masdar asli berakhir dengan huruf ta’ pada asalnya, baik tsulasy maupun ghair tsulasy, maka ia sebagaimana adanya dengan diiringi oleh sifat atau diidhafahkan. Seperti fi’il “  سَاهَمَ  “ masdar aslinya adalah “ مُسَاهَمَة “. Maka ia akan menjadi masdar hai’ah ketika diiringkan dengan sifat, seperti “ مُسَاهَمَة طَـَيِّبَة “  atau diidhafahkan, seperti “   مُسَاهـَمَة الأشْرَافِ “. Hal tersebut adalah untuk membedakannya dengan masdar asli.

5.  Masdar Mimi
 yaitu masdar yang dibentuk dari fi’il, yang dimulai dengan mim zaidah dengan ketentuan sebagai berikut:
·Apabila fi’ilnya tsulasy dari fi’il bina mitsal yang dihazafkan fa’ fi’ilnya pada fi’il mudhari’, seperti pada kata “  وَعَدَ - يَعِدُ  “ dan   “  وَقـَعَ – يـَقـَعُ  “, maka masdar mimynya dengan wazan  “   مَفـْعـِلٌ   “ . Dengan demikian, masdar mimy dari ““  وعد - يعد  “ dan   “  وقع - يقع   “ adalah “  مَوْعِدٌ  dan  مَوْقـِعٌ  “ .
Selain ketentuan di atas, maka masdar mimy dari fi’il tsulasy adalah atas wazan “ مَفـْعَلٌ  “, Seperti pada fi’il “  ضرب  “ dan “ نصر  “ maka masdar mimynya adalah “  مَضْـْرَب  dan  مَنـْصَر “ . Namun, terkadang masdar mimy tersebut ditambah ta’ marbuthah di akhirnya, seperti “  مَحَبَّة ، مَعْلـَمَة ، مَنـْفـَرَة   “.
6.  Masdar sina’i
Yaitu masdar yang diakhirnya ditambah dua hal; pertama, ya al-musyaddadah; kedua, setelahnya ditambah ta’ marbuthah. Gunanya adalah untuk merubahnya dari makna aslinya menjadi sifat. Contoh:
Kata إِنْسَانٌ  artinya manusia, menjadi إِنْسَانِيَة  artinya menjadi kemanusiaan.
Kata وَطَنٌ  artinya Negara, menjadi وَطَنِيَةٌ  artinya menjadi kenegaraan.
Masdar shina’i bisa dibentuk dari :
1.    isim jamid
Contoh:  kata “ حجر  “ menjadi “   حجرية  “ dan “  ثلج   “ menjadi “ ثلجية   “
2.    masdar seperti kata “  همج  “ menjadi “ همجية  “ dan “  وحش “  menjadi “  وحشية  “isim musytaq seperti kata “   عالم  “ menjadi “  عالمية  “  dan “  منصور  “ menjadi “  منصورية  “.

WAZAN-WAZAN MASDAR

1.  Wazan Masdar Tsulasi
Masdar tsulasi banyak sekali dan beragam. Untuk mengetahuinya haruslah merujuk ke kitab-kitab berbahasa Arab atau ke kamus-kamus bahasa Arab. Tetapi kebanyakan dapat diketahui dari ketentuan-ketentuan berikut:
a.     Apabila fi’il madhinya  sulasi  muta’addy yang tidak menunjukkan makna   صناعة   (  membuat  ) maka masdarnya dengan wazan  فَعْلٌ  .
Contonya :
Kata “ أَخَذَ  “ (mengambil) maka masdarnya أَخْذًا ,  فَتَحَ (membuka) maka masdarnya  فَتْحًا ,  سَمِعَ  (mendengar) maka masdarnya  سَمْعًا , dan seterusnya.
b.    Jika ia menunjukkan صناعة  (membuat) maka masdarnya biasanya dengan wazan فِعَالَة  .
Contohnya:
Kata “حَاكَ  “ (menenun) maka masdarnya  حِيَاكَة ,  خَاطَ ( menjahit ) masdarnya  خِيَاطَة , صَاغَ ( membentuk ) masdarnya صِيَاغَة  , dan seterusnya.
c.     Apabila fi’il madhinya tsulasi lazim yang ‘ain fi’ilnya kasrah dan maknanya tidak menunjukkan لَوْنُ (warna), مُعَالَجَة ( berobat ) , atau makna yang tetap maka masdarnya adalah dengan wazan فَعَلٌ .
Contohnya:
Kata “ تَعِبَ “ (letih) masdarnya تَعَبًا ,  جَزِعَ ( bersedih ) masdarnya جَزَعًا , أَسِفَ ( berduka cita ) masdarnya  أَسَفًا , dan lain-lain.
d.    Jika ia menunjukkan maknaلون   (warna) maka biasanya masdar dengan wazan فُعْلَة  .
Contohnya:
Kata “ سَمِرَ “ ( coklat ) masdarnya  سُمْرَة , “ خَضِرَ “ (Hijau) masdarnya  خًضْرَةٌ .
e.     Jika ia menunjukkan مُعَالَجَة  (  ) maka masdarnya dengan wazan فُعُوْل .
Contoh:
Kata “ قَدِمَ “ (datang) masdarnya قُدُوْمًا ,  صَعِدَ (naik) صُعُوْدًا  masdarnya ,  لَصٍقَmelekat ) masdarnya   لُصُوْقًا , dan sebagainya.
f.      Jika ia menunjukkan makna yang tetap maka masdar qiyasinya adalah dengan فَعُوْلَة .
Contohnya:  يَبِسَ  ( Kering ) masdarnya  يُبُوْسًا .
g.    Apabila fi’il madhi tsulasi lazim yang ‘ain fi’ilnya fathah, terjadi dari fi’il shahih, tidak menunjukkan اباء و امتناع  (enggan dan larangan), tidak menunjukkan اهْتٍزَاز ( berguncang ),  تَنَقًل (berpindah ), حَرَكَة مُتَقَلِبَة  (harkat berubah-rubah), مَرَض (sakit), سَيْر  (jalan), صَوْت (suara), او وِلَاَية   حِرْفَة ,  maka masdarnya adalah dengan wazan فُعُوْلٌ  .
Contoh:
Kata  قَعَدَ (duduk) masdarnya قُعُوْد , سجد (sujud) masdarnya سُجُوْدًا ,  رَكَعَ(ruku’) masdarnya رُكُوْعًا  ,  خَضَعَ (tunduk) masdarnya  خُضُوْعًا , dan seterusnya.
h.    Jika fi’ilnya mu’tal ‘ain maka biasanya masdarnya dengan wazan فَعْل .
Contoh:
Kata  نام (tidur) masdarnya نوم , صام (puasa) masdarnya صوم
Di bawah ini, dikemukakan berbagai contoh masdar dari fi’il tsulasy dari berbagai aspeknya.
·       Masdar fi’il tsulasy ditinjau dari segi dalalah-nya:

Fi’il Madhi
Fi’il Mudhari’
Masdarnya
Maknanya
Wazannya
Dalalahnya
زَرَعَ
يَزْرَعُ
زِرَاعَة
pertanian
فِعَالَة
حِرْفَة
نَبَحَ
يَنْبَحُ
نُبَاحٌ
gonggongan
فُعَال
صَوْتٌ
صَهَلَ
يَصْهَلُ
صَهِيْلٌ
Ringkikan
فَعِيْلٌ
صوت
زُكِم
يُزْكَمُ
زُكَامٌ
pilek
فُعَالٌ
مرض
جَمَحَ
يَجْمَحُ
جِمَاحٌ
Mogok
فِعَالٌ
امتناع
غَلىَ
يَغْلِى
غَلْيَانًا
Mendidih
فَعْلَانٌ
اضطراب
حَمُرَ
يَحْمُرُ
حُمْرَةٌ
Merah
فُعْلَةٌ
لون
رَحَلَ
يَرْحَلُ
رَحِيْلٌ
keberangkatan
فَعِيْلٌ
سير

·       Masdar fi’il tsulasy ditinjau dari segi lazim dan muta’addy-nya

Madhi
Mudhari’
Masdar
Makna
Wazan
Lazim/
Muta’addy
سَهُلَ
يَسْهُلُ
سُهُوْلَة
Mudah
فُعُوْلَة
لازم
فَصُحَ
يَفْصُحُ
فَصَاحَة
Fasih
فَعَالَة
لازم
كرُم
يَكْرُم
كَرَمٌ
Mulia
فَعَلٌ
لازم
فَرِحَ
يَفْرَح
فَرَحٌ
Gembira
فَعَلٌ
لازم
قَعَدَ
يَقْعُد
قُعُوْدٌ
Duduk
فُعُوْلٌ
لازم
كَسِبَ
يَكْسَبُ
كَسْبٌ
Usaha
فَعْلٌ
متعد
فَهِم
يَفْهَمُ
فَهْمٌ
Paham
فَعْلٌ
متعد

·       Masdar fi’il tsulasy yang sifatnya sima’iy

Fi’il
Masdar
Arti
Fi’il
masdar
Arti
شَرِب
شُرْبٌ
Minuman
زَهَدَ
زَهَادَة
kesungguhan
نَشَدَ
نِشْدَةٌ
Nyanyian
كرِهَ
كَرَاهِيَةٌ
kebencian
ذَكَـَرَ
ذِكْرَى
Peringatan
وَجَف
وَجِيْف
Bergoyang
غَفَرَ
غُفْرَانٌ
Ampunan
بَانَ
بَيْنُوْنَة
perantara
صَغُـُرَ
صِغَـَر
Kecil
كَـَـرَّ
تِكْـْرَارٌ
pengulangan
سَرَقَ
سَرِقَـَة
Curian
جَبَرَ
جَبَرُوْت
kekuasaan
سَألَ
سُؤَالٌ
Pertanyaan
رَحِمَ
رَحْمَةٌ
rahmat
بَغَـَى
بُغَـَايَةٌ
durhaka
دَعَا
دَعْوَةٌ
Panggilan
دَخَلَ
دُخُوْلٌ
Masuk
ذَابَ
ذَوَبَانٌ
meleleh
ضَـرَّ
ضَـرُوْرَة
bahaya
كـَذَبَ
كـَذِبٌ
Dusta
بَشَرَ
بُشْرَى
Kabar gembira
غَـَلَـَبَ
غَـَلَـَبَة
mengatasi
مَسَّ
مَسِيْسٌ
sentuhan
صَرَفَ
صِرَافٌ
membelanjakan
قـَتـَل
قـَتـْلٌ
Peperangan
دَرَى
دِرَايَة
mengetahui
كـَدُرَ
كـُدْرَةٌ
Keruh
قـَبـِلَ
قُـَبُوْل
penerimaan
حَرَمَ
حِرْمَان
Keharaman
صَهُبَ
صُهُوْبٌ
pirang
طـَلَـَبَ
طـَلـَبٌ
tuntutan
ساد
سُوْدَدٌ
هَدَى
هُدَى
petunjuk
بان
تِبْيَانٌ
penjelasan

2.  Wazan Masdar Ghair Tsulasy
a.   Masdar Fi’il Ruba’i
Masdar-masdar fi’il ruba’iy sifat qiyasiy, antara satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan bentuk fi’ilnya.
·     Apabila fi’ilnya berwazan أفعل maka masdarnya berwazan إفعال .
 Contoh:
 أكرم  masdarnya  إكرام
 أدخلMasdarnya   إدخال
أخرج   Masdarnya  إخراج
·     Jika fa’ fi’ilnya waw maka wawnya diganti dengan ya’ ketika masdar.
 Contoh:
 أوضح masdarnya  إيضاح
 أوعد Masdarnya  إيعاد
أورد  Masdarnya  إيراد
·     Jika fi’ilnya mu’tal ‘ain maka masdarnya dengan mengkasrahkan awal dan menambahkan ta’ marbuthah di akhirnya.
Contoh:
 أعاد Masdarnya  إعادة
 أقام Masdarnya  إقامة
 أناب Masdarnya  إنابة
·     Apabila fi’ilnya berwazankan فَعَّلَ  maka masdarnya berwazankan تـَفْعـِيْلٌ .
Contoh:
 حَسَّنَMasdarnya  تَحْسِيْنٌ
نـَبَّهَ  Masdarnya  تـَنـْبـِيْهٌ
جَرَّدَ  Masdarnya  تَجْرِيْدٌ
·     Jika fi’ilnya mu’tal akhir/mu’tal lam maka masdarnya berwazankaتـَفـْعِلـَةٌ.
 Contoh:
رَبَّى  Masdarnya  تَرْبَـِيَة
قَوَّى  Masdarnya  تـَقْوِيَة
زَكـَّى  Masdarnya  تَزْكَـِيَة
·     Jika fi’ilnya mahmuz akhir (akhir fi’il hamzah) maka masdarnya berwazankan تـَفـْعـِيْل atau تـَفـْعِلـَة .
Contoh:
خَطّـَّأ  Masdarnya  تخطيأ  atau  تخطئة
  جَزَّأ Masdarnya تجزيئ  atau  تجزئة
·     Apabila fi’ilnya berwazankan “ فَـَاعـَلَ “ maka masdarnya berwazankan “ فِعَال  “  atau “  مُفـَاعَلـَة  “ .
 Contoh:
قـَاتـَل  Masdarnya  قـِتَـَالٌ    atau   مُقـاتـَل
حَاسَبَ  Masdarnya   حِسَابٌ   atau  مُحَاسَبَة
·     Apabila fi’ilnya berwazankan “ فـَعْلـَلَ “ maka masdarnya berwazankanفـَعْلـَلـَة  atau فِعْلَالٌ  .
Contoh:
زَخْرَفَ  Masdarnya  زِخْرَافٌ  atau   زَخْرَفـَة
زلزل  Masdarnya   زِلـْزَال  atau   زَلـْزَلـَة  

b. Masdar fi’il khumasy dan sudasy
Sifat masdar khumasy dan sudasy adalah qiyasiyah. Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu:
·     Apabila fi’il khumasy dan sudasy dimulai dengan hamzah washal maka masdarnya berwazankan fi’il madhinya dengan mengkasrahkan huruf ketiga dan menambahkan alif sebelum akhir.
Seperti fi’il “  اِجْتـَمَعَ  “ maka masdarnya “  اِجْتِمَاعٌ  “ dan “  اِسْتـَقـْبَلَ  “  maka masdarnya “  اِسْتـِقـْبَال   “ .
·     Apabila fi’il khumasy dan sudasy tersebut dimulai dengan ta’ tambahan maka masdarnya berwazankan fi’il madhinya dengan mendhammahkan huruf sebelum akhir.
 Seperti fi’il “  تـَقَـَدَّم   “ masdarnya “  تـَقـَدُّمٌ  “ dan “   تـَدَخْرَجَ  “ masdarnya “ تـَدَخْرُجٌ   “.

Tidak ada komentar:

KELAS 4 HAL 48 - 51

 KAIDAH KATA TUNJUK DEKAT SILAHKAN KLIK ......