Mempunyai sebuah rasa adalah sebuah kelumrahan bagi manusia.
Apalagi rasa kangen orang tua terhadap seorang anak yang pergi jauh menuntut
Ilmu di Pondok Pesantren. Hal ini biasanya dirasakan oleh sebagian para ibu
yang rindu kepada anaknya yang sedang pergi mencari Ilmu yang jauh dari orang
tua. Kerinduan orang tua untuk seorang anak di Pondok dapat terobati melalui
pesan dari seorang ulama. Pesan ini di Ungkapkan oleh pengasuh yang berasal
dari Pimpinan Pondok Modern Gontor, Kiyai Hasan Abdullah Sahal, disingkat
dengan istilah TITIP.
Mungkin Kata-kata kerinduan orang tua ketika anak di Pondok
dengan istilah "TITIP" bisa membuat mental dan rasa kangen anak
menjadi terobati, Melaui pesan-pesan berikut ini :
1. Tega
Huruf T yang pertama adalah Tega. Orang tua harus tega
meninggalakan anaknya di pondok. Biasanya para ibu punya sindrom gak tegaan.
Dan membuat cucuran air mata bunda/ibu keluar sebab rasa kangen anaknya di
Pondok.
Tetap yakinkan pada diri Anda bahwa di pesantren putra-putri
ibu dididik bukan dibuang, diedukasi bukan dipenjara. Harus tega, karena
pesantren adalah medan pendidikan dan perjuangan.
Yakinlah keadaan anak bapak jauh lebih baik dibanding
keadaan saat Nabi Ibrahim alaihissalam meninggalkan putranya di gurun yang
tandus tidak ada pohon sekalipun, apalagi MCK dan warteg.
ربنا إني أسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع
…
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman ... ".
(Ibrahim [14] : 37)
2. Ikhlas
“I”… ikhlas. Sebagaimana kita sadar,
bahwa anak kita dididik, dan diajar, kita juga harus ikhlas purta-putri kita
menjalani proses pendidikan itu; dilatih, ditempa, diurus, ditugaskan, disuruh
hafalan, dibatasi waktu tidurnya, dan sebagainya.
Kalau merasa anak Anda dibuat tidak senyaman hidup dirumah,
silakan ambil anak itu serkarang juga.
Pondok bukan funduk (hotel), pesantren tidak menyediakan
pesanan. Lagi pula, guru dan ustadz belum tentu dibayar dari uang kita.
3. Tawakkal
Huruf T kedua adalah Tawakkal. Setelah menetapkan hati untuk
tega dan ikhlas, serahkan semua pada Allah.Berdoalah! Karena pesantren bukan
tukang sulap, yang dapat mengubah begitu saja santri-santrinya. Kita hanya
berusaha, Allah azza wa jalla mengabulkan doa.
Doa orang tua pada anaknya pasti dikabulkan. Minta juga anak
untuk rajin berdoa karena doa penuntut ilmu mustajab.
4. Ikhtiar
Untuk poin ini yang utama adalah dana. Tidak semua pondok
merupakan lembaga amal. Banyak pondok yang tidak menggaji ustadznya, masa’
harus dibebani dengan membiayai santrinya juga.
Imam Syafi’i sendiri berpesan mengenai syarat menuntut ilmu
adalah dirham (baca : uang/rupiah). Insyallah, semua yang dibayarkan bapak-ibu
100% kembali pada anak-anak.
5. Percaya
Yang terakhir, Percaya. Percayalah bahwa anak bapak-ibu
dibina, betul-betul dibina. Semua yang mereka dapatkan di pondok adalah bentuk
pembinaan. Jadi kalau melihat anak-anakmu diperlakukan bagaimanapun, percayalah
itu adalah bentuk pembinaan.
Jadi, jangan salah paham, jangan salah sikap, jangan salah
persepsi.
Jangan sampai, ketika ibu-bapak berkunjung menjenguk anak,
kebetulan melihat putra-putrinya sedang mengangkut sampah, kemudian wali santri
mengatakan “ngak bener nih pondok, anak saya ke sini untuk belajar, bukan jadi
pembantu”.
Ketahuilah bapak, ibu… putra-putrimu pergi ke pesantren
untuk kembali sebagai anak berbakti. Jangan beratkan langkah mereka dengan
kesedihanmu. Ikhlaskan, semoga Allah rahmati jalan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar